Allah SWT Menilai Manusia dari Hati dan Amal, Bukan Wajah, Harta, atau Jabatan
GHS NEWS.ID ,Dalam kehidupan sosial, penilaian terhadap seseorang kerap kali didasarkan pada penampilan fisik, kekayaan, jabatan, serta kedudukan yang dimiliki. Namun dalam ajaran Islam, ukuran kemuliaan seorang hamba tidak ditentukan oleh hal-hal lahiriah tersebut. Allah SWT menilai manusia dari kebersihan hati, keimanan, serta amal perbuatan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan.
Islam mengajarkan bahwa wajah yang tampan atau rupawan, harta yang melimpah, maupun jabatan yang tinggi tidak menjadi jaminan kemuliaan di sisi Allah SWT. Semua itu hanyalah titipan dunia yang bersifat sementara. Yang kekal dan bernilai di hadapan Allah adalah hati yang lurus, niat yang ikhlas, serta amal saleh yang dilakukan semata-mata karena-Nya.
Penegasan ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”
(QS. Al-Hujurat: 13)
Ayat tersebut menegaskan bahwa tolok ukur kemuliaan manusia bukanlah latar belakang, status sosial, atau penampilan lahiriah, melainkan ketakwaan yang tercermin dalam sikap, ucapan, dan perbuatan sehari-hari. Ketakwaan inilah yang bersemayam di dalam hati dan diwujudkan melalui amal saleh.
Selain itu, Allah SWT juga mengingatkan bahwa setiap anggota tubuh manusia akan dimintai pertanggungjawaban, termasuk hati sebagai pusat niat dan keimanan. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawaban.”
(QS. Al-Isra’: 36)
Oleh karena itu, umat Islam diajak untuk senantiasa melakukan muhasabah diri, membersihkan hati dari sifat sombong, iri, dan riya, serta memperbaiki niat dalam setiap amal perbuatan. Kesuksesan sejati bukanlah ketika seseorang dipuji karena penampilan atau jabatan, melainkan ketika ia diterima amalnya oleh Allah SWT.
Pesan ini sekaligus menjadi pengingat bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara. Jabatan akan berakhir, harta akan ditinggalkan, dan rupa akan sirna dimakan usia. Namun hati yang baik, iman yang kuat, dan amal saleh akan menjadi bekal utama ketika seorang hamba kembali menghadap Allah SWT.
Dengan memahami hal tersebut, diharapkan umat Islam dapat lebih fokus pada perbaikan akhlak dan peningkatan ketakwaan, serta tidak terjebak pada penilaian lahiriah semata, demi meraih kemuliaan hakiki di sisi Allah SWT.

