GHSNEWS.ID | MEDAN — Anggota DPD RI, Pdt. Penrad Siagian, baru-baru ini melakukan kunjungan kerja ke Desa Panca Arga, Kecamatan Rawang Panca Arga, Kabupaten Asahan, Sumatra Utara.
Tempat ini dikenal sebagai desa para veteran TNI.
Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima pada Minggu, 17 November 2024, di desa ini memiliki populasi 1.500 jiwa dari 520 kepala keluarga yang tersebar di sembilan dusun, mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani.
Dalam beberapa tahun terakhir, petani Desa Panca Arga telah mengalihfungsikan perkebunan sawit menjadi sawah seluas total 2.300 hektar pada tahun 2024.
Langkah ini dilakukan karena hasil dari sawit yang tidak menentu, sedangkan hasil padi dinilai lebih menjanjikan. Dari satu hektar sawah, petani dapat memanen 5-7 ton gabah per musim tanam.
Dengan dua kali musim tanam setiap tahunnya, hasil panen mencapai 10-14 ton gabah per hektar.
Tantangan Pengembangan Pertanian
Petani di Desa Panca Arga menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait pengairan dan akses pupuk subsidi.
Waduk yang telah dibangun oleh pemerintah belum dapat difungsikan maksimal karena jaringan irigasi sekunder sepanjang 3-4 kilometer belum tersedia.
Selain itu, saluran pembuangan air ke laut dan jaringan pengairan ke sawah juga masih perlu dibangun.
Pdt. Penrad Siagian mengungkapkan bahwa pembangunan infrastruktur irigasi menjadi kebutuhan mendesak agar potensi pertanian di desa ini dapat dimaksimalkan.
“Petani Desa Panca Arga memiliki semangat tinggi untuk berkontribusi terhadap swasembada pangan nasional. Namun, pemerintah pusat perlu segera turun tangan menyelesaikan jaringan irigasi untuk mendukung hasil panen yang optimal,” ujarnya.
Selain masalah irigasi, kondisi jalan yang buruk juga menjadi keluhan utama petani. Jalan berlumpur dan sulit dilalui kerap menyulitkan petani dalam mengangkut hasil panen.
Peningkatan akses jalan akan sangat membantu kelancaran distribusi hasil pertanian.
Kontribusi Ekonomi dan Target Nasional
Dengan potensi luas sawah mencapai 3.000 hektar, Desa Panca Arga mampu memproduksi hingga 42.000 ton gabah per tahun, memberikan kontribusi ekonomi signifikan bagi Kabupaten Batu Bara.
Jika hasil gabah dihargai Rp 7 juta per ton, maka nilai ekonominya mencapai Rp 294 miliar. Secara tidak langsung, petani menyumbang sekitar Rp 29,4 miliar per tahun kepada pemerintah daerah.
Sementara itu, biaya pembangunan irigasi yang diperkirakan sebesar Rp 5-7 miliar masih jauh lebih kecil dibandingkan dampak ekonomi yang dihasilkan petani.
Penrad berharap program pemerintah di sektor pertanian dapat mengalokasikan dana untuk mendukung kebutuhan desa ini.
"Kontribusi Desa Panca Arga terhadap swasembada pangan nasional diharapkan menjadi contoh bagi daerah lain. Ini sejalan dengan target pemerintah Presiden Prabowo untuk memperkuat ketahanan pangan," tambah Penrad.
Dengan dukungan yang tepat, Desa Panca Arga berpotensi menjadi salah satu pusat produksi beras di Sumatra Utara, mendukung pencapaian target swasembada pangan nasional, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani setempat.
Diketahui, saat ini para petani merencanakan cetak baru sawah dari alih fungsi lahan sawit sekitar 1000 hektar.
"Kami siap mendukung dan berkontribusi swasembada pangan nasional jika jalan dan sarana irigasi diperbaiki," ucap seorang petani.(via)