BREAKING NEWS

Remaja dan Aplikasi Gaul: Antara Tren dan Ancaman Moral



Foto Ilustrasi

GHSNEWS.ID | Jakarta, 1 November 2025 – Di era digital seperti sekarang, remaja seolah tidak bisa lepas dari gawai dan berbagai aplikasi media sosial. Salah satu tren yang tengah digandrungi adalah aplikasi pertemanan daring seperti Omi, Tantan, dan Bumble.


 Aplikasi-aplikasi ini menawarkan kemudahan untuk berkenalan dengan orang baru hanya dengan sekali geser layar. Namun, di balik popularitasnya, muncul kekhawatiran bahwa aplikasi tersebut dapat membawa dampak negatif terhadap moral dan perilaku remaja.



Aplikasi pertemanan sebenarnya dibuat untuk membantu pengguna memperluas jaringan sosial. Akan tetapi, dalam praktiknya, banyak remaja yang memanfaatkannya tidak sesuai dengan tujuan awal. Beberapa laporan menunjukkan bahwa sebagian pengguna remaja menjadikan aplikasi ini sebagai sarana mencari pasangan instan atau melakukan pergaulan bebas tanpa batas.



Menurut Dr. Rini Astuti, M.Psi, seorang psikolog remaja, penggunaan aplikasi seperti Omi bisa berpengaruh besar terhadap perkembangan mental dan moral anak muda.

“Remaja masih berada dalam fase mencari jati diri. Ketika akses ke interaksi sosial terlalu terbuka tanpa pengawasan, mereka bisa terjebak dalam pergaulan yang tidak sehat, bahkan berisiko terpapar perilaku menyimpang,” ujarnya saat diwawancarai, Sabtu (1/11).



Selain persoalan moral, keamanan pengguna juga menjadi sorotan. Banyak kasus penipuan, pelecehan, bahkan eksploitasi seksual yang berawal dari interaksi di aplikasi pertemanan. Lemahnya sistem verifikasi identitas membuat siapa pun bisa berpura-pura menjadi orang lain.


 Hal ini tentu berbahaya bagi remaja yang masih mudah percaya dan belum memiliki kemampuan menilai risiko di dunia maya.

Pemerhati teknologi digital, Andi Nugraha, menilai bahwa tren ini tidak bisa dilarang sepenuhnya, tetapi perlu diimbangi dengan literasi digital yang kuat.



“Remaja harus dibekali kemampuan untuk memahami batas-batas etika dan privasi di dunia digital. Orang tua juga tidak boleh lepas tangan. Pengawasan dan komunikasi terbuka sangat penting agar anak tidak salah langkah,” katanya.



Pemerintah pun diharapkan ikut berperan dengan memperketat pengawasan terhadap aplikasi asing yang berpotensi disalahgunakan, serta mendorong edukasi digital di sekolah.



Tanpa kesadaran bersama antara orang tua, sekolah, dan masyarakat, kemudahan bersosialisasi di dunia maya bisa berubah menjadi ancaman serius bagi moral dan masa depan generasi muda. Aplikasi gaul boleh saja menjadi tren, tetapi bijak menggunakannya adalah kunci agar remaja tidak terseret ke arah yang salah.

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar
.